BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 menyatakan bahwa tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan (Anonim, 1999).
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan. IPM bidang kesehatan dipengaruhi dari tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 dalam Atik (2010) menyebutkan bahwa AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 35 per 1000 kelahiran hidup, pemerintah mentargetkan pada tahun 2010 kematian dapat menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2006 data kematian bayi nasional sebesar 47 per 1000 kelahiran hidup. Untuk Provinsi Jawa Barat diprediksi pada tahun yang sama jumlah kematian bayi sebesar 110 bayi (Budi, 2010). Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia secara berurutan dari mulai penyebab yang terbanyak disebabkan oleh Asfiksia (kekurangan oxygen), BBLR dan Tetanus Neonatorum.
UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak Balita didunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi.
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten ............n tahun 2010 jumlah kematian bayi sebanyak 346 kasus dari 21.935 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu sebanyak 40 kasus.
Meskipun manfaat memberikan ASI Ekskluisf dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun kesadaran ibu untuk memberikan ASI Eksklusif di Indonesia, baru sebesar 14% saja, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia 4 bulan, UNICEF juga menyebutkan bukti ilmiah terbaru yang dikeluarkan oleh Jurnal Pediatrik pada tahun 2006 ini, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.
Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia di bawah dua tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir melalui pemberian ASI secara eksklusif. Oleh sebab itu sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program di negara berkembang ini. UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua didalam memberikan ASI eksklusif. Meskipun aturan pemasaran produk pengganti ASI terdapat dalam kode etik internasional yang juga telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan, namun tetap saja para produsen susu bayi melakukan promosi secara gencar, bahkan sampai menyediakan susu formula itu di rumah sakit ataupun klinik-klinik bersalin.
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini dari yang semestinya. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa ASI nya cukup untuk bayinya (IPB, DepKes RI, Badan PDM dan WHO 2001).
Masih rendahnya kepatuhan ibu dalam pemberian ASI tidak terlepas dari faktor ibu, petugas dan pelayanan kesehatan maupun lingkungan. Faktor dari ibu berhubungan dengan umur, pendidikan, pengetahuan ASI dan pekerjaan. Faktor dari petugas dan pelayanan kesehatan berhubungan dengan KIE petugas serta perhatian dan bantuan petugas. Sedangkan faktor dari lingkungan berhubungan dengan riwayat menyusui orang tua, dukungan keluarga, pemberian cuti melahirkan adanya izin untuk menyusui di tempat kerja, ada tidaknya tempat penyimpanan ASI dan penitipan bayi serta promosi susu formula.
Mengingat betapa pentingnya ASI bagi kesehatan bayi, komitmen WHO pada tahun 2002 yang tertuang ke dalam Global Strategy On Infant And Young Child Feeding menegaskan tentang pemberian makanan pendamping ASI hingga anak berusia 2 tahun. Komitmen ini menguatkan resolusi World Health Assembly (WHA) No.54/200/tentang kebijakan global pemberian ASI Eksklusif kepada bayi selama 6 bulan pertama.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi dengan usia dibawah 2 bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Prosentase tersebut menurun seiring bertambahnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan, 14% pada bayi usia 4-5 bulan dan 13% bayi dibawah 2 bulan telah diberikan susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.
Menurut Laporan Evaluasi Program Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten ............ tahun 2010 melaporkan bahwa dari 11.511 bayi yang diberikan ASI sampai usia 0 bulan sebanyak 11.444 bayi (99%) kemudian yang diberi ASI sampai berusia satu bulan 10.897 bayi (94%), yang diberi ASI sampai berusia dua bulan sebanyak 11.087 bayi (96%) dan jumlah bayi yang diberikan ASI sampai berusia enam bulan (ASI Eksklusif) sebanyak 5.537 bayi (48%).
Puskesmas ............ merupakan puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten ............ dan merupakan puskesmas yang paling banyak bayi tidak diberi ASI Eksklusif. Dari jumlah bayi sebanyak 546 yang diberi ASI Eksklusif hanya 59 bayi (DO: 414 bayi).
Puskesmas ............ mempunyai wilayah kerja sebanyak 10 desa, dengan rincian jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif seperti tampak pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
di Wilayah Puskesmas ............ per Desa tahun 2010
No Nama Desa Jumlah Bayi ASI Eksklusif DO
1 79 30 34
2 64 4 75
3 31 2 33
4 49 16 23
5 50 2 28
6 48 1 37
7 53 0 52
8 26 2 20
9 69 3 50
10 77 1 58
Jumlah 546 61 410
Sumber: Laporan ASI Eksklusif Puskesmas ............ tahun 2010
Dari tabel diatas terlihat bahwa desa yang paling kurang dalam jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif adalah Desa ........... dengan jumlah bayi keseluruhan sebanyak 53 bayi.
Bentuk keluarga di Desa ........... sebagian termasuk keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan kakek dan nenek. Pola kehidupan warganya memiliki ciri-ciri diantaranya tradisional, akrab, menghormati orang tua dan masih mempertahankan kebudayaan dan kebiasaan. Melihat keadaan tersebut memungkinkan terjadi saling mempengaruhi dan mempertahankan kebiasaan dalam perilaku kesehatan termasuk perilaku pemberian ASI.
Berdasarkan laporan bidan desa masih terdapat ibu-ibu yang memberikan makanan dan minuman tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh persepsi ibu yang kurang dilihat dari faktor umur, pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran persepsi ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.3.2.2 Diketahuinya hubungan faktor umur dengan persepsi terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.3.2.3Diketahuinya hubungan faktor pendidikan dengan persepsi terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan faktor pengetahuan dengan persepsi terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dilihat dari faktor umur ibu, pendidikan ibu dan pengetahuan ibu. Lokasi dan waktu penelitian ini dilaksanakan di Desa ........... Kecamatan ............ Kabupaten ............ tahun 2011.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.5.1 Institusi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi kepala puskesmas beserta stafnya untuk lebih meningkatkan pelayanan program yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif melalui penyuluhan yang intensif kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan.
1.5.2 Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan perbendaharaan bacaan di perpustakaan dan dapat dijadikan dasar pemikiran didalam melaksanakan penelitian berikutnya.
1.5.3 Peneliti
Menambah wawasan berpikir, pengalaman, pengetahuan tentang persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif serta lebih memperdalam pemahaman dan penghayatan ilmu yang diperoleh pada saat perkuliahan atau saat praktek di lapangan sehingga pada akhirnya peneliti dapat menjadi bidan yang menjunjung tinggi pentingnya ASI eksklusif.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.179
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar