BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap keluarga pasti menginginkan untuk mempunyai bayi yang sehat dan cerdas supaya di kemudian hari bayi tersebut tumbuh menjadi generasi penerus yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan makanan yang terbaik untuk bayi sejak dini (Tuti, 2000)
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi. Walaupun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dengan bertambahnya umur, bayi yang sedang tumbuh memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah yang didapat dari ASI Pada umumnya setelah bayi berumur 4-6 bulan ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, dengan demikian bayi memerlukan energi tambahan. (Paath, 2004:104).
Sejak tahun 2006, World Health Organitation (WHO) mencatat jumlah ibu yang memberi MP-ASI di bawah usia 2 bulan mencakup 64% total bayi yang ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-6 bulan. Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek diperoleh fakta bahwa yang memberikan MP-ASI pada bayi umur 4 bulan sekitar 55%. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9 % dari ibu-ibu tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang MP-ASI (Roesli, 2000:2).
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007 dari total. 11,01 bayi yang diperiksa terdapat 10.071 bayi sudah diberi MP-ASI sebelum berusia 6 bulan (Anonim, 2007). Sedangkan data dinas kesehatan Banyuwangi bagian kesehatan keluarga didapatkan data cakupan pemberian MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan sebesar 61,93 %. Di desa wringinpitu yang merupakan wilayah puskesmas Tegaldlimo terdapat 55 bayi yang berumur 6-12 bulan. 72,7% (40 bayi) sudah diberi makanan tambahan sebelum berumur 6 bulan, sisanya 27,3 (15 bayi) di beri makanan tambahan setelah umur 6 bulan.
Makanan tambahan harus diberikan pada umur yang tepat sesuai kebutuhan dan daya cerna bayi. Adanya kebiasaan masyarakat untuk memberikan nasi, pisang pada umur beberapa hari ada bahayanya, karena saluran pencernaan pada bayi belum sempurna. Makanan tambahan sebaiknya diberikan pada umur 6 bulan karena sistem pencernaannya sudah relatif sempurna. (Soraya, 2005).
Oleh sebab itu maka bidan sebagai edukator perlu memberikan pendidikan atau penyuluhan tentang pemberian makanan tambahan yang benar sehingga bayi bisa tumbuh kembang secara normal.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, peneliti membatasi pada Tingkat tahu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi umur 6-12 bulan.
Berdasarkan latar belakang diatas penelti merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tahun
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi umur 6-12 bulan di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan.
2. Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya pemberian makanan tambahan..
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti dalam proses penelitian.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.204
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar