BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kebijaksanaan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan pembangunan bidang kesehatan tersebut dapat terwujud, diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dan sebagai perwujudan upaya tersebut dibentuk sistem kesehatan nasional (Budioro.B, 2001:30).
Sistem kesehatan nasional di dalamnya menyebutkan Puskesmas adalah pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan menyuluh dan terpadu di wilayah kerjanya (Bapelkes, 2000:7).
Dewasa ini dikenal tidak kurang dari dua puluh macam kegiatan pokok (upaya pelayanan kesehatan dasar), tapi pelaksanaanya tergantung pada kemampuan dan sumber daya yang tersedia pada puskesmas yang bersangkutan. Imunisasi termasuk program puskesmas yang bersifat preventif. Imunisasi merupakan suatu teknologi yang sangat dan berhasil dan merupakan sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan oleh para ilmuwan di dunia ini. Satu upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya. Setiap tahun lahir 130 juta anak di dunia, 91 juta diantaranya lahir di negara yang sedang berkembang. Pada tahun 1974 cakupan vaksinasi baru mencapai 5 %, sehingga dilaksanakan imunisasi global yang disebut extended program on imunization (EPI) dan saat ini cakupan meningkat hampir setiap tahun minimal tiga juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 terhindar dari cacat. Namun demikian satu dari empat orang anak masih belum mendapatkan vaksinasi dan dua juta meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (I.G.N Ranuh dkk, 2005:4).
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetatus, Hepatitis B, Polio termasuk juga Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan Campak 1 kali. Kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi (Djoko Wiyono, 2000:490).
Target cakupan imunisasi program UCI (Universal Child Imunization) untuk BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis B harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi dan kabupaten bahkan di setiap desa (I.G.N. Ranuh, dkk, 2005:59).
Berdasarkan survei data awal yang dilaksanakan di Puskesmas yang terletak di Kabupaten Bone Boalngo,
Menurut Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:96) perilaku dilatarbelakangi oleh tiga faktor yakni: faktor predisposisi (predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling faktor), faktor-faktor yang memperkuat dan mendorong (reinforcing factor). Unsur enabling factor terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana untuk imunisasi yang bisa dijangkau, Sedangkan reinforcing factor meliputi sikap dan perilaku petugas imunisasi.
Faktor perilaku merupakan faktor yang di negara-negara berkembang paling besar pengaruhnya untuk memunculkan masalah kesehatan termasuk imunisasi. Perilaku ibu tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia (pos imunisasi) adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya (A.A. Gde Munijaya, 1999:117).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam dalam suatu tindakan. Terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata atau penerapan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut dapat mengimunisasikan anaknya (Soekidjo Notoadmodjo, 2003:128).
Sehubungan dengan hal di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Hubungan antara karakteristik dan sikap ibu balita dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Utara Kabupaten ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Rumusan masalah umum
Adakah hubungan antara karakteristik dan sikap ibu balita dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Utara Kabupaten ?
2. Rumusan masalah khusus
a. Adakah hubungan antara pendidikan ibu balita dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Utara Kabupaten ?
b. Adakah hubungan antara pekerjaan ibu balita dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?
c. Adakah hubungan antara pendapatan keluarga dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?
d. Adakah hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?
e. Adakah hubungan antara jarak rumah dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?
f. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?
Adakah hubungan antara sikap ibu Balita dengan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten ?
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.261
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar