BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apa-apa) selama enam bulan. Sebab, menurut Badriul Hegar, ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal (Suririnah, 2008 :10).
Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004. Ini juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA.2001). Di situ dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi harus mulai diberi makan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih (Suririnah, 2008 :11).
Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah
menghambat kelancaran produksi ASI (Suririnah, 2008 :10).
Berdasarkan data SDKI bayi usia 4 bulan pada tahun 2002-2003 hanya 55 persen yang memberikan ASI eksklusif, bahkan lebih parahnya bayi usia 6 bulan hanya 39,5 persen dari keseluruhan bayi. Secara otomatis pemakaian susu formula meningkat 3 kali lipat antara tahun 1997 – 2002 (Suririnah, 2008 :10).
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, peningkatan pemberian ASI merupakan kegiatan strategis yang dapat menurunkan subsidi pemerintah daerah untuk kesehatan bayi dan anak lebih sehat sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dengan dampak juga akan meningkatkan kualitas SDM daerah di masa mendatang (Suririnah, 2008 :10).
Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi makanan/minuman secara dini dari sebagian masyarakat juga memberi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif (Suririnah, 2008 :11).
Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi serta gencarnya promosi susu formula pengganti ASI, membuat masyarakat kurang percaya akan keampuhan ASI dan tergiur untuk memilih susu formula. Padahal, promosi penambahan AA, DHA, ARA dan sebagainya sudah ada dalam komposisi ASI, pun zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk ketahanan tubuh bayi dan tidak terdapat dalam susu formula (Suririnah, 2008 :11).
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. sedangkan untuk bayi lebih dari 1 bulan dan anak dikatakan diare jika frekuensi lebih dari 3 kali ( Staf pengajar IKA FKUI, 2000:1)
Diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini. menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka kesakitan atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia. Angka kesakitan diare pada balita 1,0 – 1,5 pertahun (DepKes RI, 2000: 3).
Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DepKes RI tahun 2000, bahwa 10% penyebab kematian bayi adalah diare. Data statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaya, 2002: 2).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6 bulan sangat berpengaruh terhadap frekuensi kejadian diare. Berdasarkan hasil penelitian Roesli (2000) dalam Purwanti, 2004 menunjukkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena diare dibandingkan dengan yang mendapat ASI eksklusif. Hal ini dapat disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi, adanya antibodi, sel-sel leukosit, enzim, hormon dan lain-lain yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi (Soetjiningsih, 1997: 12)
Data yang didapatkan dari wilayah kerja Puskesmas Birobuli pada bulan Januari sampai Mei yaitu jumlah keseluruhan bayi adalah 597 dan bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah 419 bayi (70%) dan yang tidak mendapat ASI eksklusif adalah 178 bayi (30%) serta angka kejadian diare pada bayi adalah 183 bayi (30,6%). Dengan demikian cukup banyak jumlah bayi yang menderita diare yang mana belum diketahui apakah bayi-bayi mendapat ASI eksklusif atau tidak.
Dengan melihat hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan prevalensi penyakit diare pada bayi dengan ASI eksklusif dan tidak eksklusif di Puskesmas tahun ”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan prevalensi penyakit diare pada bayi dengan ASI eksklusif dan tidak eksklusif di Puskesmas tahun ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya perbedaan prevalensi penyakit diare pada bayi dengan ASI eksklusif dan tidak eksklusif di Puskesmas tahun
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya prevalensi penyakit diare pada bayi dengan ASI ekslusif di Puskesmas
b. Diketahuinya prevalensi penyakit diare pada bayi dengan tidak eksklusif di Puskesmas
c. Diketahuinya perbedaan prevalensi penyakit diare pada bayi dengan ASI eksklusif dan tidak eksklusif di Puskesmas
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Puskesmas
Memberikan gambaran tentang prevalensi penyakit diare pada bayi dengan ASI eksklusif dan tidak eksklusif sehingga pihak puskesmas bisa memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif.
2. Untuk peneliti lainnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Untuk penulis
Merupakan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian sederhana dan mengaplikasikan ilmu tentang metodologi penelitian yang didapat di bangku kuliah serta bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan.
E. Ruang Lingkup penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas pada bulan Juli tahun
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.273
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar