BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut proyeksi global WHO di tahun 2005 mengindikasikan sekitar 1,6 miliar orang dewasa (15 tahun ke atas) mengalami overweight dan sedikitnya 400 juta orang dewasa mengalami obesitas. Diperkirakan pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang mengalami overweight dan lebih dari 700 juta yang obesitas. Dari penelitian di Indonesia sendiri, angka overweight dan obesitas sudah mencapai 25% dari seluruh penduduk.
Obesitas merupakan ancaman penyakit akibat kelebihan gizi dan gangguan metabolisme tubuh. Kasus obesitas terjadi karena asupan energi tinggi, sementara keluaran energinya rendah. Dewi (2007), faktor penyebabnya obesitas kebanyakan karena adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan pola makan yang salah pada anak.
Badan kesehatan dunia World of Healty Organitation (WHO), bahkan menyatakan masalah kelebihan bobot tubuh ini sudah menjadi epidemi dunia. Laporan Newsweek edisi 11 Agustus 2003, kasus obesitas di dunia meningkat 50% dalam sepuluh tahun terakhir ini. Lembaga obesitas internasional di London, Inggris, memperkirakan sebanyak 1,7 milyar orang di bumi ini mengalami kelebihan berat badan (Salim dan Kurniasih, 2003).
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology mengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya. Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang diantaranya meninggal. Hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian. Risiko kanker kolon serta penyakit pernapasan seperti asma dan emfisema juga meningkat 2-3 kali (Nita, 2008).
Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olahraga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan kalori keseluruhan.
Jadi ketidakseimbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas bergerak, selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau alat (remote/ handphone/ eskalator/ kendaraan) dan makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan luaran kalori.
Tubuh yang berat akan membebani lutut mengakibatkan keradangan sendi, memicu hipertensi, mengganggu kesuburan dan dapat mengakibatkan kematian mendadak saat tidur. Kelebihan asupan makanan mengakibatkan meningkatnya lemak darah yang tidak diinginkan (kolesterol LDL dan Trigliserida). Selain itu, jaringan lemak tubuh yang merupakan tempat deposit kelebihan kalori, terutama dibagian dalam rongga perut ,ikut mengganggu kerja insulin (resistensi insulin) (Endang, 2008).
Gangguan lemak darah dan resisitensi insulin mengkibatkan kumpulan gejala yang disebut sindroma metabolik, yang ditandai dengan obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia (kolesterol total, LDL, trigliserida tinggi, sedangkan kolesterol HDL rendah) dan gula darah puasa yang meningkat. Keadaan ini akan memicu terjadinya diabetes dan menimbulkan penyempitan pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatkan kejadian serangan jantung dan stroke (Kurniati, 2005).
Salah satu usaha yang sering dilakukan oleh masyarakat umum untuk menurunkan berat badan adalah mengatur asupan (intake) nutrisi atau diet. Dalam jurnal Eating in the Adult World: The Rise of Dieting in Childhood and Adolescence (Hill, Oliver, & Rogers, 1992), diet digambarkan sebagai suatu usaha pengurangan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh yang memungkinkan seseorang untuk merampingkan bagian-bagian yang tidak diinginkan pada tubuh mereka, membuat mereka tampak lebih langsing, lebih diinginkan, dan lebih sukses. Diet merupakan salah satu cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang, tidak mahal, diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung terasa.
Pengaturan pola makan sehat adalah anjuran yang tepat, dengan mengurangi asupan lemak, tetapi cukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat (nasi, mie, kentang, dll) sebesar 60%, protein (ikan, ayam, tempe, tahu) sebesar 15% dan lemak (ikan, minyak zaitun, alpukat) 20-25% plus cukup vitamin dan mineral (buah dan sayur).
Diet mencakup pola-pola perilaku yang bervariasi, dari pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan sampai pembatasan yang sangat ketat akan konsumsi kalori (Kim & Lennon, 2006). Perilaku tidak sehat yang dapat diasosiasikan dengan diet misalnya puasa, tidak makan dengan sengaja, penggunaan pil-pil diet, penahan nafsu makan atau laxative, muntah dengan disengaja, dan binge eating (Perry, Leon, & Fulkerson, 1995).
Salah satu diet yang sedang marak di belahan dunia sekarang ini adalah diet dengan nutrisi Herbalife. Herbalife merupakan food supplement (tambahan makanan) yang membantu memenuhi kebutuhan gizi secara optimal dengan konsep nutrisi seluler (Cellular Nutrition Technology). Dengan programnya yang dinamakan Shapeworks, Herbalife merupakan produk yang telah dipercaya selama 29 tahun, dengan > 65 juta pelanggan di lebih dari 69 negara di dunia. Konsep ini sangat tepat untuk mereka yang selama ini merasa sulit menurunkan berat badan, sulit mengontrol rasa lapar, atau selalu merasa punya keinginan untuk makan.
Selain dengan cara mengatur intake nutrisi seperti diatas, penurunan berat badan juga dilakukan dengan memperbanyak outake yaitu dengan latihan fisik (exercise, sesuatu yang terencana dan terprogram) atau aktivitas fisik (hidup aktif), dipercaya sangat efektif untuk mencegah terjadinya kelebihan berat badan dalam jangka panjang. Hal ini sudah jelas, karena prinsip dari olah raga adalah pembakaran kalori yang dihasilkan dari metabolisme tubuh. Dianjurkan dilakukan teratur dan seimbang, agar penurunan berat badan lebih tampak. Dianjurkan juga olah raga yang teratur itum karena itu berarti perombakan jaringan lemak dan karbohidrat dibawah kulit menjadi jaringan otot yang kokoh. Tubuh yang terbentuk otot-ototnya akan tampak lebih baik daripada tubuh yang tampak "longgar" akibat timbunan lemak..
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan efektifitas diet dengan Nutrisi Herbalife dan Exercise dalam menurunkan berat badan?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas menurunkan berat badan antara diet dengan nutrisi Herbalife dan Exercise.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah bahwa nutrisi Herbalife dan Exercise dapat menurunkan berat badan yang berlebih.
b. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan pada penelitian selanjutnya.
2. Aspek Aplikatif
a. Sebagai bahan pertimbangan ilmiah bagi ahli gizi untuk memberikan suatu cara diet yang baik dalam menurunkan berat badan pasien dengan berat badan berlebih.
b. Sebagai bahan pertimbangan ilmiah yang dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai penelitan- penelitian lain dengan metode diet yang lain untuk menurunkan berat badan pasien yang berlebih.
E. Hipotesis Penelitian
Penurunan berat badan dengan nutrisi herbalife lebih efektif daripada penurunan berat badan dengan exercise.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.274
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar