BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas sangat diperlukan dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia tersebut maka harus dilakukan upaya-upaya yang saling berkesinambungan. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia, faktor kesehatan dan gizi memegang peranan penting, karena orang tidak akan dapat mengembangkan kapasitasnya secara maksimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki status kesehatan dan gizi yang optimal ( Depkes,2001:1 )
Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia baik fisik maupun non fisik harus dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung terus menerus selama hidup. Salah satu upaya yang harus dilaksanakan adalah perbaikan, peningkatan gizi dan kesehatan.
Upaya peningkatan gizi yang tepat dilakukan pada masa anak-anak.
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh akan sesuai dengan potensi ganetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan akan dimanifestasikan dalam bentuk pertubuhan yang menyimpang dari pola standart.
Gizi merupakan salah satu komponen dari lingkungan yang memegang peranan penting dalam kesehatan dan tumbuh kembang anak. Apabila gizi menurun maka kesehatan anak akan menurun, sedangkan angka mortalitas dan morbilitas akan meningkat (Achmad Djaeni Sediaoetama, 1999:76)
Secara nasional ada empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu: 1) Kurang kalori dan protein, (2) Kekurangan vitamin A, (3) Kekurangan garam besi dan anemia gizi, dan (4) gondok endemik (gangguan akibat kekurangan yodium).
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, anak balita termasuk golongan masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Khususnya untuk masa balita merupakan masa perkembangan (nonfisik) dimana sedang dibina untuk mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan lingkungan, peningkatan berbagai kemampuan, dan berbagai perkembangan lain yang membutuhkan fisik yang sehat. Maka kesehatan yang baik ditunjang oleh keadaan gizi yang baik, merupakan hal yang utama untuk tumbuh kembang yang optimal bagi seorang anak. Kondisi ini hanya dapat dicapai melalui proses pendidikan dan pembiasaan serta penyediaan kebutuhan yang sesuai khususnya melalui makanan sehari-hari bagi seorang anak ( Anies dan Soegeng Santoso, 1999:88)
Maka dari itu pengaruh orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak secara normal. Untuk mendapatkan anak yang tumbuh dengan normal juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Setelah bayi lahir sampai usia lima tahun merupakan masa dimana seorang anak akan tumbuh dan berkembang secara pesat. Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita. Pengetahuan gizi ibu ini dapat diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. Pengetahuan gizi nonformal diperoleh melalui berbagai media. Penyuluhan tentang kesehatan dan gizi diposyandu merupakan salah satunya selain pengetahuan gizi yang didapat lewat media masa (koran, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio).
Pengetahuan gizi ibu disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat menyusun, membuat makanan yang dikonsumsi oleh balita itu bervariasi atau beraneka ragam. Keaneka ragaman bahan makanan itu bertujuan supaya sesuai kebutuhan zat gizi seorang balita dapat terpenuhi dalam satu menu makanan.
Konsumsi zat gizi yang diperlukan balita adalah zat gizi sebagai sumber tenaga atau energi (karbohidrat), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur (vitamin). Ketiga sumber zat gizi itu sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Namun perlu diketahui porsi atau ukuran dari masing-masing sumber zat gizi itu harus sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada balita.
Keseimbangan konsumsi zat gizi akan membantu pertumbuhan anak yang baik Pertumbuhan yang baik biasanya juga disertai dengan status gizi anak yang baik. Status gizi dapat diketahui dengan cara pengukuran berat badan dan tinggi badan yang sesuai dengan baku WHO-NCHS.
Berdasarkan fakta yang ada di masyarakat sekarang ini masalah gizi kembali terjadi di Indonesia. Salah satu masalah gizi yang terjadi adalah Kurang Energi Protein (KEP) atau balita gizi buruk. Menurut data yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten tahun 2004 jumlah penduduk di Kabupaten adalah 1.195.632 jiwa. Jumlah balita di Kabupaten adalah 97.966 jiwa yang terdiri dari 50.273 balita berjenis kelamin laki-laki dan 47.693 balita berjenis perempuan. Kabupaten terdiri dari 21 satu Kecamatan, Kecamatan I merupakan bagian dari wilayah Kabupaten yang terdiri dari 9 desa. Jumlah pendudukan di Kecamatan I pada tahun 2004 adalah 30.941 jiwa. Jumlah balita di Kecamatan I adalah 1.137 yang terdiri dari 532 balita laki-laki dan 605 balita perempuan. Berdasarkan data sekunder yang ada di Puskesmas I 2005 terdapat 40 kasus balita gizi buruk. Desa merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan dengan jumlah penduduk 248 jiwa dan jumlah balita yang ada sebanyak 77 jiwa. Penderita gizi buruk di desa ada 7 anak. Data terakhir dari Puskesmas I pada bulan Juli 2005 jumlah balita gizi buruk di desa menjadi 6 anak karena salah satunya telah meninggal.
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka penelitian ini akan mencoba untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan gizi ibu, tingkat konsumsi energi serta status gizi balita yang ada di desa . Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul”Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Tingkat Konsumsi Energi Dan Status Gizi Balita di Desa Kecamatan Kabupaten Tahun”.
B. Perumusan Masalah
Setelah mengamati dan memahami urutan diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dan tingkat konsumsi energi balita ?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi energi balita dan status gizi balita?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi ibu dan tingkat konsumsi energi balita.
2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi energi balita dan status gizi balita.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan penulis di bidang pengetahuan gizi khususnya konsumsi zat gizi dan status gizi untuk balita.
2. Bagi orang tua
Menambahkan pengetahuan pada orang tua tentang pentingnya konsumsi zat gizi (energi) dan status gizi pada balita.
3. Bagi instansi / pengelola program
Sebagai informasi dalam meningkatkan taraf kesehatan dan gizi masyarakat setempat pada umumnya dan balita pada khususnya.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.267
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar